Dimanakah Ridho Allah ? |
Assalaamual'aikum Warahmatullahi Wabarakaatuh.
Mencari Ridha Allah
وَمِنَ النَّاسِ مَن يَشْرِى نَفْسَهُ ابْتِغَآءَ مَرْضَاتِ اللهِ وَاللهُ رَءُوفٌ بِالْعِبَادِ {207
“Dan di antara manusia ada yang mengorbankan dirinya untuk meraih ridha Allah swt. Dan adalah Allah Maha Penyantun terhadap hamba-hamba-Nya”. (Al-Baqarah: 207)
Mereka adalah orang-orang yang diberi taufik (oleh Allah) yang telah menukar diri mereka dan menjualnya serta mem-persembahkannya demi mendapatkan keridhaan Allah dan meng-harapkan pahalaNya, mereka mengerahkan segala harga kepada Yang Maha Memiliki lagi Maha Menepati janji, yang Maha Penyan-tun kepada hamba-hambaNya, di mana di antara kelembutan dan kasih sayangNya adalah Dia membimbing mereka kepada hal ter-sebut, dan Dia berjanji untuk menepati hal tersebut seraya berfirman,“Sesungguhnya Allah telah membeli dari orang-orang mukmin diri dan harta mereka dengan memberikan surga untuk mereka…” (At-Taubah: 111), hingga akhir ayat.
Dalam ayat ini Allah memberitahu bahwa mereka telah men-jual diri mereka dan mempersembahkannya, dan Allah juga mem-beritahu tentang kasih sayangNya yang pasti akan membuat mereka memperoleh apa yang mereka inginkan, dan apa yang mereka sukai, maka janganlah ditanyakan lagi tentang apa pun yang mereka per-oleh dari kemuliaan dan apa yang mereka dapatkan dari kemena-ngan dan kehormatan.
Dalam suatu riwayat disebutkan ada seorang sahabat yang bernama Shuhaib bin Sinan Ar-Rumi yang rela mengorbankan seluruh yang dimilikinya karena tekanan kaum Quraisy agar ia diperkenankan untuk berhijrah ke Madinah. Shuhaib dihalangi oleh para pemuka Quraisy untuk berhjrah melainkan ia menyerahkan seluruh hartanya kepada mereka tanpa tersisa sedikit pun. Dengan tanpa ragu-ragu, ia meninggalkan hartanya di Mekah semata-mata mengharapkan ridha Allah dari perbuatan hijrahnya yang mulia tersebut.Dan ketika beliau bertemu rasulullah ia pun di puji oleh rasulullah.
Namun apakan makna dari ridho tersebut ?
Dalam ayat ini Allah memberitahu bahwa mereka telah men-jual diri mereka dan mempersembahkannya, dan Allah juga mem-beritahu tentang kasih sayangNya yang pasti akan membuat mereka memperoleh apa yang mereka inginkan, dan apa yang mereka sukai, maka janganlah ditanyakan lagi tentang apa pun yang mereka per-oleh dari kemuliaan dan apa yang mereka dapatkan dari kemena-ngan dan kehormatan.
Dalam suatu riwayat disebutkan ada seorang sahabat yang bernama Shuhaib bin Sinan Ar-Rumi yang rela mengorbankan seluruh yang dimilikinya karena tekanan kaum Quraisy agar ia diperkenankan untuk berhijrah ke Madinah. Shuhaib dihalangi oleh para pemuka Quraisy untuk berhjrah melainkan ia menyerahkan seluruh hartanya kepada mereka tanpa tersisa sedikit pun. Dengan tanpa ragu-ragu, ia meninggalkan hartanya di Mekah semata-mata mengharapkan ridha Allah dari perbuatan hijrahnya yang mulia tersebut.Dan ketika beliau bertemu rasulullah ia pun di puji oleh rasulullah.
Namun apakan makna dari ridho tersebut ?
kita bahas secara etimologi :
Ridho secara bahasa menerima dengan suka hati, secara istilah diartikan sikap menerima atas pemberian dan anugerah yang diberikan oleh Allah dengan di iringi sikap menerima ketentuan syariat Islam secara ikhlas dan penuh ketaatan, serta menjauhi dari perbuatan buruk(maksiyat), baik lahir ataupun bathin.
Ridho secara bahasa menerima dengan suka hati, secara istilah diartikan sikap menerima atas pemberian dan anugerah yang diberikan oleh Allah dengan di iringi sikap menerima ketentuan syariat Islam secara ikhlas dan penuh ketaatan, serta menjauhi dari perbuatan buruk(maksiyat), baik lahir ataupun bathin.
Kata ridho berasal dari bahasa Arab yang makna harfiahnya mengandung pengertian senang, suka, rela, menerima dengan sepenuh hati, serta menyetujui secara penuh , sedang lawan katanya adalah benci atau tidak senang. Kata ridho ini lazim dihubungkan dengan eksistensi Tuhan dan manusia, seperti Allah ridho kepada orang-orang yang beriman dan beramal shaleh, sedangkan dengan manusia seperti seorang ibu ridho anaknya merantau untuk menuntut ilmu , ridha erat kaitannya dengan sikap dan pemahaman manusia atas karunia dan nikmat Allah.
Artikel Terkait