Tuesday, 12 August 2014

Kisah Sahabat Ibnu Umar Radhialahu'anhuma

Abdullah bin Umar adalah putra Khalifah Umar bin Khattab. Pada usia yang terhitung masa muda, Abdullah bin Umar memperoleh pendidikan dari lingkungan sekitarnya, lingkungan yang selalu mendapat pembinaan semangat Islam. Dia dididik oleh ayahnya yang disiplin dan taat kepada agamanya.
Pada Perang Badar dan Uhud, Abdullah bin Umar tidak ikut perang. Pada Perang Khandak (parit), Abdullah bin Umar ikut serta. Semenjak inilah Abdullah bin Umar ikut perang. Usia beliau waktu itu baru lima belas tahun.
Abdullah bin Umar pada suatu malam yang sunyi telah bermimpi yang aneh. Dalam mimpinya itu, dia duduk di masjid sedang mengerjakan salat. Kemudian melihat ada yang turun mendekati dia untuk mengajak pergi ke suatu tempat yang indah pemandangannya.
Lalu, Abdullah bin Umar menceritakan tentang mimpinya itu kepada saudaranya, yaitu Hafsah, istri Nabi. Sewaktu Nabi mendengarkannya, Nabi berkata, "Abdullah adalah seorang anak yang cakap, sebaiknya engkau setiap malam lebih banyak berdoa dan berzikir."
Abdullah bin Umar dengan perasaan senang dan ikhlas melaksanakan nasihat Nabi, beribadah sepanjang malam, istirahatnya berkurang.
Pada waktu salat ia menangis. Kadang-kadang air matanya keluar, dan mohon ampun kepada Allah. Sehingga, Rasulullah saw. merasa belas kasihan kepadanya. Maka, beliau memberi julukan kepadanya yaitu "Anak muda yang cakap".
Setelah Rasulullah saw. wafat, ia senantiasa ingat apa yang pernah ia alami selama bergaul dengan Nabi. Apabila membaca Alquran, dia sampai menangis. Demikian rasa takwa dan takutnya kepada Allah SWT.
Dengan keakraban Abdullah bin Umar dengan Nabi, menyebabkan dapat menghayati ajaran yang terkandung di dalamnya.
Abdullah bin Umar pernah menjadi guru. Murid-muridnya datang dari berbagai tempat untuk belajar dan mendapat bimbingannya.
Mencontoh sifat-sifat Nabi Muhammad saw. seperti cara memakai pakaian, makan, minum, dan lain-lain. Dengan dasar inilah, ia dapat digolongkan seorang yang berjiwa besar. Dia disegani dan dihormati.
Ketika wafatnya Utsman terjadi huru-hara. Para sahabat menginginkan Abdullah bin Umar menduduki jabatan khalifah, namun Abdullah bin Umar tidak menerima jabatan yang dianggapnya besar itu. Abdullah bin Umar ingin memperbanyak amal ibadah kepada Allah. Muawiyah pernah berpesan kepada anaknya, Yazid, "Abdullah bin Umar memang terlalu sibuk dengan amaliah dan ibadah kepada Allah SWT, sehingga dia tidak mau menerima tawaran menjadi khalifah itu."
Mengerjakan salat malam tidak pernah lupa. Kain sajadah untuk sujud tetap terbentang dekat tempat tidurnya. Sebelum tidur, beliau salat terlebih dulu. Sejenak tidur, bangun lagi untuk mengambil air wudu. Kemudian salat beberapa rakaat. Hampir setiap malamnya tidak kurang dari empat atau lima rakaat.
Abdullah bin Umar wafat pada tahun 72 Hijriah, tepat pada usia 84 tahun.
Sumber: 1001 Kisah-Kisah Nyata, Achmad Sunarto.
Artikel Terkait

Comments
0 Comments

0 comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...