SIAP DALAM SEGALA KONDISI
Seorang muslim harus siap dalam segala kondisi, maka ia akan menjadi mukmin yang luar biasa dan mengagumkan (admirable), Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda :
عَجِبْتُ لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ إِنْ أَصَابَهُ مَا يُحِبُّ حَمِدَ اللَّهَ وَكَانَ لَهُ خَيْرٌ وَإِنْ أَصَابَهُ مَا يَكْرَهُ فَصَبَرَ كَانَ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ كُلُّ أَحَدٍ أَمْرُهُ كُلُّهُ لَهُ خَيْرٌ إِلَّا الْمُؤْمِن (رواه أحمد)
“saya kagum dengan perkara orang mukmin, sesungguhnya segala perkaranya baik, jika ia ditimpa dengan sesuatu yang ia cintai maka ia memuji (bersyukur) kepada Allah dan itu adalah kebaikan baginya, jika ia ditimpa dengan perkara yang ia tidak sukai maka ia akan bersabar dan itu adalah kebaikan baginya, tidak semua orang segala perkaranya itu baik kecuali orang mukmin.”
ketika mendapatkan kebahagiaan dan kenikmatan maka ia akan bersyukur. Bersyukur dengan memuji Allah, (Alhamdulillah), ridho dengan segala pemberian-Nya, dan tidak menggunakan segala nikmat dari-Nya untuk maksiat.
Jika ia ditimpa musibah, sakit, disakiti, ditinggalkan oleh orang yang ia cintai, maka ia akan bersabar dan kemudian ridho, ia yakin seyakin yakinnya bahwa Allah telah menjanjikan pahala yang besar bagi orang yang bersabar. Dalam surah Azzumar ayat 10 Allah subhanahu wata’ala berfirman :
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (10)
Dalam kamus-kamus bahasa, kata sabar diartikan sebagai menahan, baik dalam pengertian fisik material, seperti menahan seseorang dalam tahanan, maupun nonfisik (immaterial), seperti menahan diri atau jiwa dalam menghadapi sesuatu yang diinginkannya. Dari akar kata shabara diperoleh sekian bentuk kata dengan arti yang beraneka ragam, antara lain berarti menjamin, pemuka masyarakat yang melindungi kaumnya, gunung yang tegar dan kokoh, awan yang berada di atas yang lain dan melindungi yang di bawahnya, batu-batu yang kokoh, tanah yang gersang, sesuatu yang pahit atau menjadi pahit, dan sebagainya.
Dari arti-arti yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa sabar menuntut ketabahan dalam menghadapi sesuatu yang sulit, berat, pahit, yang harus dihadapi dengan penuh tanggung jawab. Dari sini tidak heran jika bulan Ramadhan dikatakan sebagai bulan sabar, sebab di dalamnya terdapat kewajiban ibadah puasa yang esensi pokoknya adalah pengendalian diri hingga berakhir dengan kemenangan.
Seorang yang menghadapi rintangan yang berat, terkadang hati kecilnya membisikkan agar ia behenti (putus asa), meski yang diharapkannya belum tercapai. Dorongan hati kecil itu selanjutnya menjadi keinginan jiwa. Jika keinginan itu ditahan, ditekan, dan tidak diikuti, maka tindakan ini merupakan pengejawantahan dari hakikat sabar yang mendorongnya agar tetap melanjutkan usahanya walaupun harus menghadapi berbagai rintangan yang berat.
Sabar yang dipuji dan yang dianggap adalah sabar pada permulaan musibah, adapun perkara setelah itu akan sedikit demi sedikit menjadi ringan.
عن أنس بن مالك يقول لامرأة من أهله تعرفين فلانة قالت نعم قال فإن النبي صلى الله عليه وسلم مر بها وهي تبكي عند قبر فقال اتقي الله واصبري فقالت إليك عني فإنك خلو من مصيبتي قال فجاوزها ومضى فمر بها رجل فقال ما قال لك رسول الله صلى الله عليه وسلم قالت ما عرفته قال إنه لرسول الله صلى الله عليه وسلم قال فجاءت إلى بابه فلم تجد عليه بوابا فقالت يا رسول الله والله ما عرفتك فقال النبي صلى الله عليه وسلم إن الصبر عند أول صدمة (رواه البخارى)
Dari Anas bin Malik bahwa suatu hari Nabi SAW menemukan seorang wanita yang sedang menangis di hadapan sebuah kuburan. Beliau bersabda kepadanya, ''Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah.'' Wanita tersebut menjawab, ''Pergilah! Jangan ikut campur dalam urusanku, engkau tidak tertimpa seperti apa yang menimpaku.''
Setelah wanita tersebut sadar dan menyesal, ia pergi ke rumah Nabi SAW. Ia menyampaikan penyesalannya dengan berkata, ''Aku tidak mengenalmu.'' Beliau bersabda, ''Hakikat sabar itu akan terlihat pada saat-saat pertama terjadinya malapetaka.'' (HR. Bukhari)
Damascus, 2012
Seorang muslim harus siap dalam segala kondisi, maka ia akan menjadi mukmin yang luar biasa dan mengagumkan (admirable), Rasulullah shalallahu’alaihi wasallam bersabda :
عَجِبْتُ لِأَمْرِ الْمُؤْمِنِ إِنَّ أَمْرَهُ كُلَّهُ خَيْرٌ إِنْ أَصَابَهُ مَا يُحِبُّ حَمِدَ اللَّهَ وَكَانَ لَهُ خَيْرٌ وَإِنْ أَصَابَهُ مَا يَكْرَهُ فَصَبَرَ كَانَ لَهُ خَيْرٌ وَلَيْسَ كُلُّ أَحَدٍ أَمْرُهُ كُلُّهُ لَهُ خَيْرٌ إِلَّا الْمُؤْمِن (رواه أحمد)
“saya kagum dengan perkara orang mukmin, sesungguhnya segala perkaranya baik, jika ia ditimpa dengan sesuatu yang ia cintai maka ia memuji (bersyukur) kepada Allah dan itu adalah kebaikan baginya, jika ia ditimpa dengan perkara yang ia tidak sukai maka ia akan bersabar dan itu adalah kebaikan baginya, tidak semua orang segala perkaranya itu baik kecuali orang mukmin.”
ketika mendapatkan kebahagiaan dan kenikmatan maka ia akan bersyukur. Bersyukur dengan memuji Allah, (Alhamdulillah), ridho dengan segala pemberian-Nya, dan tidak menggunakan segala nikmat dari-Nya untuk maksiat.
Jika ia ditimpa musibah, sakit, disakiti, ditinggalkan oleh orang yang ia cintai, maka ia akan bersabar dan kemudian ridho, ia yakin seyakin yakinnya bahwa Allah telah menjanjikan pahala yang besar bagi orang yang bersabar. Dalam surah Azzumar ayat 10 Allah subhanahu wata’ala berfirman :
قُلْ يَا عِبَادِ الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا رَبَّكُمْ لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا فِي هَذِهِ الدُّنْيَا حَسَنَةٌ وَأَرْضُ اللَّهِ وَاسِعَةٌ إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ (10)
Dalam kamus-kamus bahasa, kata sabar diartikan sebagai menahan, baik dalam pengertian fisik material, seperti menahan seseorang dalam tahanan, maupun nonfisik (immaterial), seperti menahan diri atau jiwa dalam menghadapi sesuatu yang diinginkannya. Dari akar kata shabara diperoleh sekian bentuk kata dengan arti yang beraneka ragam, antara lain berarti menjamin, pemuka masyarakat yang melindungi kaumnya, gunung yang tegar dan kokoh, awan yang berada di atas yang lain dan melindungi yang di bawahnya, batu-batu yang kokoh, tanah yang gersang, sesuatu yang pahit atau menjadi pahit, dan sebagainya.
Dari arti-arti yang dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa sabar menuntut ketabahan dalam menghadapi sesuatu yang sulit, berat, pahit, yang harus dihadapi dengan penuh tanggung jawab. Dari sini tidak heran jika bulan Ramadhan dikatakan sebagai bulan sabar, sebab di dalamnya terdapat kewajiban ibadah puasa yang esensi pokoknya adalah pengendalian diri hingga berakhir dengan kemenangan.
Seorang yang menghadapi rintangan yang berat, terkadang hati kecilnya membisikkan agar ia behenti (putus asa), meski yang diharapkannya belum tercapai. Dorongan hati kecil itu selanjutnya menjadi keinginan jiwa. Jika keinginan itu ditahan, ditekan, dan tidak diikuti, maka tindakan ini merupakan pengejawantahan dari hakikat sabar yang mendorongnya agar tetap melanjutkan usahanya walaupun harus menghadapi berbagai rintangan yang berat.
Sabar yang dipuji dan yang dianggap adalah sabar pada permulaan musibah, adapun perkara setelah itu akan sedikit demi sedikit menjadi ringan.
عن أنس بن مالك يقول لامرأة من أهله تعرفين فلانة قالت نعم قال فإن النبي صلى الله عليه وسلم مر بها وهي تبكي عند قبر فقال اتقي الله واصبري فقالت إليك عني فإنك خلو من مصيبتي قال فجاوزها ومضى فمر بها رجل فقال ما قال لك رسول الله صلى الله عليه وسلم قالت ما عرفته قال إنه لرسول الله صلى الله عليه وسلم قال فجاءت إلى بابه فلم تجد عليه بوابا فقالت يا رسول الله والله ما عرفتك فقال النبي صلى الله عليه وسلم إن الصبر عند أول صدمة (رواه البخارى)
Dari Anas bin Malik bahwa suatu hari Nabi SAW menemukan seorang wanita yang sedang menangis di hadapan sebuah kuburan. Beliau bersabda kepadanya, ''Bertakwalah kepada Allah dan bersabarlah.'' Wanita tersebut menjawab, ''Pergilah! Jangan ikut campur dalam urusanku, engkau tidak tertimpa seperti apa yang menimpaku.''
Setelah wanita tersebut sadar dan menyesal, ia pergi ke rumah Nabi SAW. Ia menyampaikan penyesalannya dengan berkata, ''Aku tidak mengenalmu.'' Beliau bersabda, ''Hakikat sabar itu akan terlihat pada saat-saat pertama terjadinya malapetaka.'' (HR. Bukhari)
Damascus, 2012
Artikel Terkait